MATERI

TEKSTIL .....

M

emiliki pengetahuan tentang bahan tekstil merupakan satu modal yang sangat besar bagi Anda yang bergerak di bidang busana.

Bagi konsumen tekstil, mengetahui bahan tekstil diperlukan untuk pemilihan sesuai dengan gambar disain. Selain itu pengetahuan bahan tekstil akan banyak membantu Anda dalam mengenal jenis dan kualitas bahan yang dicantumkan dalam label tekstil, sehingga dapat menghindari kesalahan pada waktu membeli atau menghindari penipuan.

Pemilihan bahan yang baik berdasarkan kualitas kain yang sangat dipengaruhi oleh asal serat, proses pembuatan benang, proses pembuatan kain serta penyempurnaan bahan. 

 

1)   Pengenalan Bahan Tekstil

 

Setiap kali kita melihat kain, kita selalu ingat dengan istilah bahan tekstil. Apa yang dimaksud dengan bahan tekstil? Bahan tekstil adalah semua bahan yang berupa tenunan (woven) dan bukan tenunan (non woven) yang digunakan untuk membuat berbagai jenis busana dan lenan rumah tangga.

Pada umumnya bahan tekstil dapat dikelompokkan dalam 2 kelompok besar berdasarkan fungsinya, yakni:

 

a)   Bahan Utama

 

Yang dimaksud dengan bahan utama adalah bahan yang paling banyak digunakan dalam pembuatan suatu busana atau lenan rumah tangga. Bahan utama sangat berperan bagi penampilan dan mutu suatu busana atau lenan rumah tangga.

 

Dalam dunia pertekstilan kita mengenal beraneka ragam bahan tekstil yang indah dan menarik. Bahan tekstil/kain ini telah melalui suatu proses yang panjang hingga sampai ke konsumen.

 

b)   Bahan Pelengkap/Garnitur Busana

 

Bahan pelengkap/garnitur busana adalah semua jenis bahan yang digunakan untuk melengkapi suatu busana atau lenan rumah tangga. Menurut fungsinya bahan pelengkap dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1)   Menyempurnakan; sebagai bahan pelapis, pengisi, dan pembentuk antara rambut kuda, spons, fliselin dan bantal bahu.

2)   Melengkapi/Menghias, antara lain;

(a)  Macam-Macam Kancing

(b)  Macam-Macam Pita

(c)  Macam-Macam Renda

(d)  Macam-Macam Benang

(e)  Macam-Macam Bahan Aplikasi

 

2)   Penggolongan Serat Tekstil

 

Serat tekstil digolongkan berdasarkan jenis serat, yaitu, serat alam dan serat buatan. Serat alam telah lama dikenal, sedangkan serat buatan dikenal pada permulaan abad ke-19. Serat buatan mengalami perkembangan pesat dalam pengolahan dan penyempurnaan dari masa ke masa.

Kebanyakan konsumen di Indonesia menggunakan bahan tekstil dari serat campuran atau sintetis dengan alasan mudah pemeliha-raannya, ringan serta murah.

Menurut asalanya serat tekstil dapat dibagi sebagaimana yang tersusun dalam bagan di bawah ini.


1)   Konstruksi Bahan Tekstil

 

Konstruksi suatu bahan tekstil menentukan berat jatuhnya bahan (drape), keawetan dan tekstur bahan. Ada metode dasar konstruksi bahan, yaitu:

a)    Tenunan (woven)

b)   Rajutan (knitted)

c)    Anyaman

d)   Buhul

e)    Kaitan

f)     Renda

g)   Kempa

h)   Bahan tidak ditenun (non woven)

 

a)   Tenunan (Woven)

 

Kalau kita memperhatikan selembar kain, maka kita akan mengetahui arah panjang dan lebar kain, serta pinggir kain atau tepi kain. Ketika kita mengamati kain dengan lebih teliti maka kita bisa melihat kain dengan lebih teliti maka kita bisa melihat susunan benang-benang yang sejajar dan searah dengan tepi kain dan benang-benang yang melintang.

Benang-benang yang sejajar pinggir kain disebut dengan Benang Lusi. Sedangkan benang yang melintang disebut dengan Benang Pakan. Benang lusi dan benang pakan saling menyilang satu sama lain.

Setiap bahan tenunan mempunyai pinggir atau tepi kain (selvage) sepanjang kedua sisi kain dan biasanya dibuat lebih tebal dengan cara memakai benang gintir atau memperbanyak jumlah benang lusi dibandingkan pada bagian tengah kain. Lebar pinggir kain bervariasi sekitar 0,5 cm sampai 1 cm. Hal ini bertujuan untuk menguatkan kain dan melindungi benang-benang supaya tidak mudah bertiras.

Selalu pastikan bahwa benang-benang pakan ada pada sudut yang tepat pada tepi kain (selvage). Hal ini menunjukkan bahwa bahan terletak pada lajurnya atau sesuai dengan arah serat (grain line) suatu hal yang harus dipertimbangkan ketika kita memotong bahan.

Kekencangan dari suatu tenunan tergantung pada jumlah benang-benang lusi dan benang-benang dan dalam setiap 1 cm2. Hal ini biasa disebut dengan Tetal Kain. Banyaknya benang lusi per 1 cm dan benang pakan per 1 cm masing-masing disebut dengan tetal lusi dan tetal pakan.

Konstruksi tenunan dibedakan berdasarkan silang tenunan, yaitu silang dasar dan silang dasar yang divariasi. Ada tiga macam silang dasar, yaitu silang polos, silang kepar, dan silang satin. Dalam perkembangannya ada bermacam silang tenunan tetap pada dasarnya merupakan variasi dari ketiga silang dasar tersebut, kecuali untuk tenunan yang berpola (patterned).

 

(1)  Kain Tenun Dengan Silang Polos (Silang Anyaman)

 

Silang polos merupakan silang paling tua dn terbanyak digunakan diantara anyaman yang lain. Diperkirakan 80% dari semua silang tenunan adalah silang polos dan turunannya. Silang polos merupakan silang yang paling sederhana dengan permukaan yang sama antara bagian baik dan bagian buruk kain.

Karena silangan antara benang-benang pakan dan lusi pada silang polos paling banyak jika dibandingkan dengan silang yang lain, maka anyaman polos adalah paling kuat. Selain kuat anyaman polos mudah diberi disain, misalnya permukaan dicap, dibatik, disulam dan lain sebagainya. Beberapa tenunan dengan anyaman polos yang terkenal adalah kain muslin, mori, nansook, voile, organdi, blaco dan sebagainya.

(1)  Kain Tenun Dengan Silang Kepar (Twill)

 

Silang kepar adalah suatu anyaman yang benang-benang lusinya menyilang di atas atau di bawah dua benang pakan atau lebih, dengan silangan benang lusi sebelah kiri atau kanan bergeser satu benang pakan atau lebih untuk membentuk garis diagonal atau garis kepar.

Kain dengan silang kepar jarang dicap karena tekstur permukaannya sudah menarik dengan adanya garis-garis kepar tersebut. Namun kain kepar yang berasal dari serat sutera atau serat lain yan ringan sering dicap. Kain kepar tidak mudah kotor karena kotoran hanya cenderung menempel pada permukaan garis kepar.

Beberapa tenunan dengan silang kepar antara lain drill, jeans, denim, gabardin dan sebagainya.

(1)  Kain Tenun Dengan Silang Satin

 

Efek yang panjang, baik arah lungsi maupun kearah pakah menempati sebagian besar permukaan kain, tidak ada titik silang, yang berimpit melainkan tersebar merata. Pergeseran yang panjang-panjang membuat efek kain yang lebih berkilau dibanding dengan tekstil dengan efek pendek-pendek. Namun kekurangannya adalah tenunan cenderung menjadi kendor.

Satin biasanya dibuat dari benang-benang filamen sutera maupun serat buatan seperti rayon, nilon dan sebagainya. Satin dibuat dari benang kapas, kainnya dimerser disebut sateen atau satine.

Karena sedikitnya jumlah silangan pada satin menyebabkan benang-benang berimpit satu sama lain dan menghasilkan sifat-sifat kain yang lebih halus, berkilau, lembut dan melangsai. Satin terutama baik dipakai sebagai kain lapis karena dengan banyaknya jumlah lusi maka tenunan lebih kuat dan karena satin licin maka mudah mengelincir.

 

a)   Rajutan (Knitted)

 

Berbeda dengan kain tenun yang dibuat dengan menyilangkan dua macam benang yaitu benang lusi dan benang pakan, maka kain rajut pada dasarnya dibuat dengan cara membentuk sengkelit-sengkelit. Dari satu macam benang saja yang searah dengan lebar kain atau yang searah dengan panjang kain.

Apabila kita mengamati selembar kain rajut, kita akan melihat alur-alur pada kain itu baik ke arah panjang kain maupun ke arah lebar kain. Alur-alur ini terbentuk oleh rangkaian sengkelit. Menurun arah alur tersebut istilah baris sengekelit (wale) dan deret jeratan (course), baris sengkelit (wale) adalah satu deretan sengkelit ke arah panjang kain yang dalam pembuatannya dibentuk oleh sebuah jarum. Sedangkan deret sengkelit (course) adalah satu deretan sengkelit rajut ke arah lebar kain.

Konstruksi kain rajut berbeda dengan kain tenun, maka sifat-sifatnya pun berbeda pula. Kain rajut pada umumnya mulur dan daya elastisitasnya lebih tinggi daripada kain tenun, sehingga kain rajut cocok untuk pakaian-pakaian yang berukuran tubuh (body size) dan mengikuti bentuk tubuh tanpa mengganggu gerakan tubuh (press body). Hal ini disebabkan karena adanya lengkungan sengkelit pada kain rajut dapat mudah tertarik ke segala arah.

Namun sayang, apabila sehelai benangnya putus maka akan mudah menjalar melepaskan sengkelit lainnya, sehingga lubang kain menjadi bertambah besar. Tetapi dengan perkembangan teknologi di bidang rajut, telah banyak dibuat kain rajut yang kokoh seperti kain tenun tanpa mengurangi elastisitasnya.

Konstruksi bahan rajutan bermacam, diantaranya adalah sebagai berikut.

 


(1)  Kain Rajut Rata/Polos (Plain Single Jersey)

 

Adalah yang dikenal dengan pola-pola vertikal berbentuk “V” pada permukaan bahan, dan deretan-deretan horizontal dari setengah lingkaran pada bagian belakang. Rajutan ini mulur (stretch) pada bagian horizontalnya.

 

(1)  Kain Rajut Trikot (Triko)

 

Rajutan lusi termasuk rajutan triko dan rajutan raschel. Triko mempunyai tekstur rib yang halus serta drape lembut dan seringkali digunakan untuk bahan pelapis (lining), pakaian sehari-hari (casual) dan pakaian dalam (lingerie).

                             (1)  Kain Rajut Double (Double Knits)

 

Dirajut dengan dua jarum dan dua benang secara serentak sehingga seolah-olah dirajut. Bagian baik dan bagian buruk bahan kelihatan sama. Rajutannya stabil dan kuat, banyak memberikan keleluasaan dengan tidak mulur maupun kendur.

 


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Materi Costum Made 7 Agustus 2020

SILABUS TATA BUSANA